open access

Abstract

Syiir yang diciptakan oleh K.H. Muhammad Nizam As-Shafa (Gus Nizam) ini
amat dikenal oleh warga Jawa Timur khususnya Surabaya, selalu diputar di masjidmasjid atau musala setiap kali memasuki waktu azan salat. Syiir yang rutin
diperdengarkan sejak tahun 2004 bahkan hingga saat tulisan ini dibuat menggunakan
bahasa Arab dan Jawa yang pastinya memiliki makna simbolik dari bahasa yang
digunakan. Pada artikel ini mendalami makna yang tersirat pada Syi’ir Tanpa Waton,
melalui pendekatan kualitatif, menganalisis pesan dakwah bentuk syiir menggunakan
Teori Semiotik Ferdinand de Saussure. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa Syi’ir
Tanpo Waton mengandung pesan dakwah: (1) Pesan Ketauhidan dan memberikan
penghormatan terhadap Rasul; (2) Menghindari sifat-sifat manusia tidak sesuai ditinjau
dari ajaran Islam; (3) Untuk senantiasa memuji Allah dan mencari ilmu agama dengan
cara yang benar bukan hanya membaca dan menghafalnya saja; (4) Ajakan untuk
senantiasa mengkaji ilmu pengetahuan, menguatkan iman dan membangun hati yang
luhur. Studi ini juga menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara parole dan langue;
signifie dan signifiant pada penggunaan bahasa Jawa dan Arab sehingga menghasilkan
tanda yang khas dan perpaduan rasa dalam ungkapan yang mampu menggugah
kesadaran pendengarnya untuk menerapkan pesan yang terkandung di dalamnya.