Abstract
Para dai memiliki tugas untuk mengubah mad'uw dari buruk menjadi lebih
baik dalam berdakwah. Agar sukses dalam mengubah mad'uw menjadi manusia
yang lebih baik, para dai dituntut untuk memiliki kemampuan persuasif. Ada sebuah
realitas kesuksesan seseorang yang bukan dai, namun beliau mampu menggerakkan
massa. Dia adalah Bung Tomo yang mampu menggerakkan rakyat Surabaya
utamanya yang beragama Islam untuk berani melawan Inggris yang memiliki
kekuatan militer jauh lebih canggih dan tentaranya terlatih. Dari realitas kesuksesan
pidato Bung Tomo tersebut diharapkan menjadi contoh bagi para dai dalam
melakukan dakwah persuasif. Studi ini bertujuan mengetahui teknik persuasif yang
diterapkan oleh Bung Tomo dalam pidato 10 November 1945 di Surabaya. Teori yang
digunakan adalah teori Teknik Persuasif. Metode yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif, data-data diperoleh dari dokumen berupa website dan telah dilakukan
triangulasi data. Hasil kajian menunjukkan bahwa pada pidato 10 November 1945,
Bung Tomo menggunakan (1) Teknik Integrasi dalam menunjukkan persamaan nasib
yang dialami oleh Bung Tomo dengan warga Surabaya, (2) Teknik Ganjaran dalam
menunjukkan bahwa kemenangan perang akan diperoleh (3) Teknik Tataan yang
terlihat dari gaya bahasa yang digunakan oleh Bung Tomo seperti gaya bahasa
perulangan dan metafora.