open access

Abstract

Masjid Cheng Ho Surabaya merupakan masjid yang dikelola oleh muslim Tionghoa yang memiliki program kajian rutin setiap minggu yaitu program pengajian rutin M7 (minggu jam 7 pagi). Program ini bukan hanya diikuti oleh muslim Tionghoa, melainkan untuk segala kalangan umat muslim yang ingin mengkaji ilmu agama. Baik itu dari muslim Tionghoa sendiri, golongan Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, maupun dari golongan muslim selainnya. Bukan hanya jemaahnya saja yang memiliki keragaman, para penceramahnya (dai) juga beragam. Bahkan juga ada dai yang berasal dari golongan akademisi ataupun dari profesi tertentu seperti dokter. Meskipun memiliki keberagamaan jemaah dan dai, program ini tidak lantas sering muncul konflik karena perbedaan konsep pemikiran antara dai dan mad’uw. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan para dai di Masjid Cheng Ho ternyata mampu mendakwahkan kebaikan tanpa harus memunculkan konflik antar golongan agama. Studi ini mengkaji pesan dakwah yang disampaikan para dai di masjid Cheng Ho Surabaya ditinjau dari teori multikultural. Metode analisis untuk mengkaji pesan dakwah menggunakan analisis semiotik. Sedangkan untuk melihat isi konten dari analisa semiotik menggunakan bingkai teori multikultural. Spesifiknya tentang Speech Code. Sumber data pesan dari studi ini adalah pesan dakwah para dai yang direkam lalu oleh penulis di transkrip agar bisa dianalisis dengan teknik semiotika. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada speech code yang menjadi sebuah aturan tidak tertulis ketika berdakwah di program M7 Masjid Cheng Ho Surabaya. Yaitu berkaitan dengan tema dakwah, landasan hukum Islam yang digunakan, serta content dalam menjawab perbedaan pemahaman antar golongan Islam.